GIVEBACK : JADI BERKAT MESKI HIDUP BERAT
Amat sangatlah mudah melakukan hal-hal baik saat hidup dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi tidaklah demikian apabila terjadi sebaliknya. Jangankan untuk menyalurkan berkat, berbagi senyum saja sudah terasa terlalu berat!
Namun firman TUHAN mengatakan bahwa kita harus tetap melakukan perbuatan baik. Bukan dengan tujuan supaya kita mendapatkan balasan kebaikan dari sesama kita. Namun agar sesama kita yang melihatnya akan memuliakan nama Bapa kita di sorga (lihat Matius 5 : 16). Dan perintah ini tidak hanya berlaku saat dalam suka saja. Akan tetapi juga dalam duka.
Hal ini sukses dilakukan oleh seorang Daud dan anak buahnya. Yang meskipun mengalami beratnya hidup bertubi-tubi (lihat I Samuel 30 : 1 - 10), akan tetapi mau terus menjadi berkat bahkan bagi seorang budak. Berikut adalah bukti-buktinya :
1. Memberi meski kehilangan materi
Sehabis Daud dan orang-orangnya baru saja mengalami kemalangan besar. Dimana kota rumah dan tempat tinggal mereka dijarah dan dihabisi api karena ulah musuh, mereka bertemu dengan seorang asing yang sedang dalam keadaan kelaparan, kehausan sekaligus kesakitan.
Mereka bisa saja mencari kenyamanan dengan pergi berlalu dan menyimpan sendiri sisa persediaan bekal untuk usaha pengejaran yang entah kapan akan selesainya. Namun mereka memutuskan untuk berhenti untuk memberi kepada orang asing tersebut dari apa yang masih mereka punya.
I SAMUEL 30 : 1; 11 - 12
(1) Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis.
(11) Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air, (12) dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam.
2. Peduli meski pedih hati
Saat itu, Daud dan orang-orangnya tidak hanya kehilangan harta dan rumah. Keluarga mereka juga dibawa pergi oleh musuh. Dijadikan tawanan mereka. Akibatnya mereka mengalami goncangan emosi yang sangat hebat. Bahkan Daud sendiri hampir kehilangan nyawa karena menjadi sasaran kekecewaan anak buahnya.
Dalam keadaan terdesak seperti itupun ternyata Daud masih mempunyai hati untuk mengasihi. Daud tidak memproklamirkan kepada orang asing tersebut bahwa dirinya adalah seorang korban pergumulan hidup yang jauh lebih parah dari pada dirinya. Atau buru-buru pergi setelah memberi sedekah sekedarnya. Tetapi Daud mengambil waktu untuk bertanya kepada sesamanya yang sedang terluka juga.
I SAMUEL 30 : 2; 6 dan 11 - 12
(2) Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya.
(6) Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan.
13) Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: "Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?" Jawabnya: "Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit. (14) Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis."
3. Sopan meski tertekan
Saat Daud dan anak buahnya bertemu dengan hamba dari Mesir tersebut, mereka sebenarnya sudah mengalami kelelahan baik secara fisik maupun mental. Makanya jumlah mereka menyusut dari 600 orang menjadi 400 orang saja.
Sebenarnya Daud bisa saja mengancam hamba tersebut untuk memberikan informasi karena fakta bahwa hamba tersebut sendirian dan tidak berdaya sangat mendukung sekali. Atau Daud bisa juga memanipulasi hamba tersebut dengan mengungkit-ungkit kebaikan yang baru saja diperbuatnya kepadanya. Walaupun demikian, Daud tetap mempraktekkan kerendahan hati ketika dia hendak meminta.
I SAMUEL 30 : 9-10 & 15
(9) Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti di sana, (10) maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana.
(15) Daud bertanya kepadanya: "Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerombolan itu?" Katanya: "Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombolan itu."
Dari pengalaman Daud dan anak buahnya di atas kita bisa menarik kesimpulan. Bahwa menjadi berkat itu bukan soal mampu atau tidaknya. Melainkan sebuah pilihan. Soal mau atau tidaknya kita melakukannya.
I Petrus 3 : 9
..., hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.
Selamat menerima
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir